Ia menugaskan anggotanya untuk ke rumah Feni Ere melakukan pemantauan sekaligus memerankan diri sebagai tamu yang datang di larut malam.
Saat anggota tiba pukul 01.00 dini hari, ketukan pintu tidak disahuti penghuni rumah yang didalamnya ada ayah Feni, Parman dan anggota keluarga lainnya.
“Dari kondisi itu, saya pastikan dia (pelaku) manjat, bukan melalui pintu utama, karena saya coba suruh anggota ke sana jam 1.00 malam, saya suruh ketok-ketok sekitar 30 menit, tidak ada yang dengar dari dalam,” terangnya.
“Kalau saya ketok-ketok rumah, terus tidak dibuka Feni, mestinya saya telpon. Kalau anggaplah keluarganya supaya dibukakan pintu. Ini tidak,” ucapnya lagi menegaskan bahwa pelaku tidak punya nomor kontak korban.
Abe Cs pun mencari tahu, di mana akses masuk pelaku ke dalam rumah. Akhirnya, setelah mengamati kondisi rumah terdapat plafon yang belum tertutup sempurna di bagian belakang.
“Di situ disimpulkan bahwa pelaku bukan lewat pintu, tapi plafon di belakang rumah. Ada kosong memang, belum dipasangi,” paparnya.
Abe sebagai sosok polisi yang hobi membaca, mengaku teringat dengan karakter fiktif detektif Sherlock Holmes.
Dalam bukunya, Sherlock Holmes menekankan cara berfikir deduktif, yaitu proses berpikir yang dimulai dari hal yang bersifat umum, kemudian dirunut kepada hal yang bersifat khusus.





