Tujuannya menarik kesimpulan dari situasi atau masalah yang tengah dihadapi.
“Dari buku itu saya dikasih contoh, yaitu ditemukan topi bermerk di TKP dalam kondisi kusam. Jadi saya simpulkan yang punya topi ini, dulunya orang berada tapi sekarang lagi gangguan ekonomi,” terangnya mengamati ciri-ciri pelaku.
Bak Detektif Sherlock Holmes, Abe pun, terus menelusuri bukti yang ada di lokasi dan menganalisanya lebih dalam.
Abe lalu kembali menganalisa saat kerangka Feni Ere pertama kali ditemukan, 10 Februari 2025. Di mana saat itu kata dia, posisi tangan dari kerangka itu terikat belakang dan mulut korban juga terikat.
Simpul atau pola ikatan pada mulut dan tangan korban, lanjut Abe, mirip. Ia pun berkesimpulan bahwa, pola ikatan serupa biasanya hanya dilakukan oleh orang yang berpengalaman melakukan simpul-simpul ikatan.
“Jadi logika deduksi yang terbangun yaitu, pas ditemukan kerangka. Kerangkanya dalam kondisi terikat. Kedua lokasi penemuan mayat di hutan. Sekitar 500 meter dari jalan besar,” ucapnya menerangkan.
Dari analisis simpul ikatan itu kata dia, diperoleh hipotesis sementara bahwa pelaku ini tak asing dengan simpul ikatan tali temali.
“Dari simpul (cara ikatannya) ikatannya saya simpulkan bahwa orang ini paham tali temali. Minimal anak Pramuka, tapi yang paling sering gunakan anak pencinta alam,” bebernya. (*)





