NasionalPemerintahanPolitik

Smelter China Disebut Semena-mena, Legislator Gerindra Ingatkan Pemerintah

3
×

Smelter China Disebut Semena-mena, Legislator Gerindra Ingatkan Pemerintah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

JAKARTA – Legislator partai Gerindra, Andre Rosiade menilai smelter pengolahan nikel milik China di Indonesia telah berbuat semena-mena terhadap pengusaha nikel nasional.

Pasalnya, ore nikel yang ditambang oleh para pengusaha nasional dihargai rendah oleh smelterl pengolahan nikel milik China.

Dirinya melihat adanya sebuah kejanggalan. Sebab katanya, ketika ore nikel yang ditambang pengusaha nasional memiliki kadar 1,87%, setelah dicek oleh pihak surveyor dari pihak semelter kadarnya turun. Tentu saja semakin rendah kadarnya semakin murah pula harganya.

“Permasalahannya ini yang perlu kita garis bawahi bahwa setelah disurvei sama Sucofindo dan Surveyor Indonesia misalnya kandungan ore-nya 1,8% eh tiba-tiba di smelter itu jadi 1,5% dan semua pengusaha berteriak,” katanya dalam rapat kerja dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, seperti dilansir dari Detik.com.

Ia bahkan sampai bertanya kepada pihak surveyor apakah mungkin nikel dengan kadar 1,87% ketika disurvei ulang bisa turun menjadi 1,5%. Jawaban yang dia terima bahwa mineral jika kadarnya turun dari 1,87% paling jauh menjadi 1,86% sampai 1,85%, tidak mungkin jadi 1,6% atau bahkan 1,5%.

“Nah, saya ingin memberikan solusi kepada Pak Bahlil, ini kan bentuk kezaliman. Nah, saya usulkan ke Pak Bahlil kita win-win saja, kalau (nikel yang dijual pengusaha) dianggap sampah sama smelter Tiongkok itu yang sampah itu kita ekspor saja,” jelas Andre.

Dari hasil ekspor tersebut, negara pun mendapat manfaat berupa pajak. Andre juga sudah mengusulkan hal tersebut kepada Menteri Perdagangan.

Dia berharap Bahlil sebagai Menteri Investasi memikirkan isu tersebut dan membahasnya dalam rapat terbatas (ratas). Dia mengingatkan jangan sampai smelter-smelter China ini semena-mena terhadap sumber daya alam Indonesia yang seharusnya dirasakan dan dinikmati oleh rakyat Indonesia.

Menanggapi itu, Bahlil setuju dengan Andre. Pihaknya juga berupaya agar nikel yang ditambang oleh pengusaha nasional bisa dihargai secara pantas oleh pemilik semelter.

“Tetapi kalau memang itu yang menjadi perhatian, itu sudah ada satgas khusus untuk pengawalan terhadap harga HPM (Harga Patokan Mineral). Nanti coba saya akan bicarakan, Pak Andre, dengan teman-teman satgas untuk meng-clear-kan ini. Tapi yakinlah bahwa sampai kapanpun idealisme kita untuk mendukung teman-teman dalam negeri itu sesuatu yang sangat prioritas,” tegas Bahlil.

“Kita tidak meragukan idealisme Pak Bahlil. Kita memberikan solusi, masukan kepada Pak Bahlil bagaimana teman-teman yang dizalimi ini, (hasil tambangnya) dianggap sampah, itu yang diekspor supaya kita punya bargain (nilai tawar) kepada smelter Tiongkok itu. Jadi soal idealisme Pak Bahlil nggak usah kita ragukan,” respons Andre.

Sekali lagi Andre menekankan agar Kementerian Investasi mempertimbangkan dibukanya keran ekspor ore nikel yang saat ini ditutup.

“Jadi kita ekspor sampah ore. Kan dianggap smelter Tiongkok ini barang ini sampah ‘lu angkat atau gua beli dengan berapa harga yang gua mau’ gitu lho. Ini penting supaya rakyat tahu smelter Tiongkok itu memperlakukan ini barang sampah ‘lu angkat atau lu gua beli sesuai mau gue’. Itu publik harus tahu. Jadi jangan sampai sumber daya alam kita dikuasai sama mereka,” tambah Andre.(*)