Penulis: Ayub Sadega
KEMAJUAN suatu bangsa ditandai dengan adanya ikatan yang sakral yakni kebudayaan. Kebudayaan itu lahir dari gotong royong sesama warga di pelosok negeri yakni Desa.
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Hal itu menegaskan bahwa demokrasi dilingkungan perdesaan memiliki segudang nilai kebudayaan.
Tentu masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang sangat kuat yang penuh dengan hakekat serta martabat.
Dalam pandangan Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya serta menghasilkan kebudayaan.
Menurut Emile Durkheim, masyarakat desa adalah masyarakat solidaritas mekanik. Pendapat Emile Durkheim ini didasarkan pada pemikirannya soal solidaritas. Ia menjelaskan bahwa solidaritas merupakan kebutuhan tiap kelompok sosial atau masyarakat.
Seperti yang dikutip dari buku Pengantar Sosiologi (2021) karya Siti Kholifah dkk, contoh solidaritas mekanik adalah masyarakat pedesaan. Masyarakat ini masih sangat sederhana dan mengutamakan kebersamaan.
Masyarakat dapat memenuhi keperluan pokoknya. Dalam solidaritas ini, belum ada pembagian kerja karena masyarakatnya mengerjakan suatu hal bersama-sama.
Semua individu memiliki kesamaan peran. Apabila seseorang tidak hadir, ini tidak akan menjadi perkara besar, karena bisa digantikan orang lain.
Dari pemikiran Emile Durkheim tersebut, penulis mengatakan kekuatan masyarakat membangun desa dengan gotong royong. Emile Durkheim seorang pencetus sosiologi modern, juga mengemukakan pemikirannya lebih mengarah tentang interaksi sosial.
Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang homogen. Dalam kehidupan sehari-hari interaksi sosial yang dilakukan sudah saling mengenal antara orang yang satu dengan yang lainnya. Keakraban antar manusia menumbuhkan kegiatan yang ada dilakukan secara bersama-sama.
Masyarakat desa yang identik dengan kesederhanaan masih menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Solidaritas sosial masyarakat pedesaan masih kuat yaitu saling tolong-menolong dalam berbagai hal.
Tipologi wilayah pedesaan hampir sebagian besar masih perkampungan atau dusun. Mata pencaharian masyarakatnya lebih dominan pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan sejenisnya. Karakteristik masyarakatnya masih berkaitan dengan etika dan budaya.
Di akhir tulisan ini, penulis menyimpulkan masyarakat desa adalah tonggak kemajuan bangsa, sebab di desa para petani memberikan sumbangsihnya sanggat besar. Mengutip kata KH. Hasyim Asy’ari “Petani adalah penolong negri”. (*)