BERBAGI bukan tentang seberapa besar dan berharganya apa yang kau beri, namun seberapa tulus dan ikhlas engkau memberi. Kalimat ini seperti mantra bagi Thiawudy Wikarso. Tidak hanya diresapi, tapi juga diwujudkan dalam aksi nyata.
Thiawudy Wikarso lebih banyak dikenal sebagai pengusaha. Tapi di balik kesibukannya di bisnis konstruksi dan perhotelan, pria yang selalu ramah ini ternyata seorang filantropis. Sudah dua tahun ini ia aktif di lembaga Makassar Peduli Sosial yang ia dirikan bersama kawan-kawannya.
Sebuah lembaga yang tidak hanya mengumpulkan donasi untuk disalurkan kepada warga yang membutuhkan, tapi gerakan bersama turun ke lapangan melihat sendiri dan membagikan sendiri dari tangan mereka kepada kaum dhuafa.
“Secara kelembagaan lembaga ini baru terbentuk tahun 2021. Tapi gerakan sosial yang kami lakukan sudah lama. Kita tidak mau melakukan sesuatu separuh niat saja. Harus benar-benar terasa manfaatnya untuk orang lain,” ujar Thiawudy saat berbincang dengan di Lounge Hotel Grand DMaleo Makassar, Selasa 9 Agustus 2022.
Inisiatif Thiawudy melahirkan Makassar Peduli Sosial ternyata disambut antusias teman-temannya. “Mereka mendukung dan sangat antusias. Anggotanya kebanyakan pengusaha dan ada juga ibu rumah tangga,” tambah pemilik Hotel Grand DMaleo ini.
Semangat untuk selalu berbagi dan membantu orang lain terutama mereka yang ada di sekitar dan lingkungannya tidak hadir begitu saja. Thiawudy yang merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara ini sejak kecil dididik peka, jujur, dan ringan tangan membantu sesama.
Ia bercerita almarhum bapak dan ibunya yang menetap di Mamuju sangat membuka diri, berbaur dan peduli dengan masyarakat setempat. Kehidupan dan aktivitas sosial dalam lingkungan keluarganya inilah yang membentuk dirinya menjadi seperti sekarang.
“Saya hanya berusaha menjadi bermanfaat untuk lingkungan. Untuk orang-orang di sekitar,” katanya merendah.
Di Makassar Peduli Sosial ada filosofi yang dipegang para membernya. “Kita tak mungkin jadi matahari tapi bisa menjadi pelita yang menerangi sekeliling kita,” kata Koordinator Wilayah Bali dan Sulawesi di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PMSTI) ini.
Bagi Thiawudy bekerja untuk kemanusiaan tidak pernah ada kata lelah. Di mana-mana ia hadir memberi warna bagi lembaga-lembaga amal. Termasuk di Yayasan Amal Sejahtera. “Mungkin ini sudah panggilan jiwa ya,” katanya sambil tersenyum.
Thiawudy mengaku berusaha mensyukuri berkat Tuhan yang ia peroleh selama ini. “Di balik rezeki yang saya peroleh saya percaya ada yang dititipkan Tuhan untuk orang lain,” tegasnya.
Satu hal yang ia syukuri adalah bisa melakukan langsung aktivitas sosial dengan turun ke lapangan. Banyak orang yang punya kemampuan materi bisa membantu dengan menitipkan kepada orang lain, tapi tidak banyak yang mampu meluangkan waktu untuk membagi-bagikan langsung donasi kepada warga yang membutuhkan.
“Di Makassar Peduli Sosial, kami berusaha menjadi pelaku sosial yang aktif di lapangan secara langsung,” ujarnya.
Thiawudy mengaku sudah mengalami banyak hal dalam hidup. Ia yang sempat tidak tamat sekolah di SMA Bonerate akhirnya mengikuti ujian persamaan atau paket C agar bisa melanjutkan Pendidikan di perguruan tinggi. “Puji Tuhan saya bisa lanjut kuliah di STIE Wirabakti,” katanya.
Saat ini di tengah situasi bisnis yang mulai membaik, ia fokus pada bisnis perhotelannya yang sempat ambruk dihantam pandemi. Selain itu ia juga sedang mengembangkan bisnis di sektor perikanan dengan membuka tambak udang di Mamuju Sulawesi Barat.
“Saya berharap kita semua tidak pernah kehilangan harapan. Setiap pekerjaan yang diawali dengan niat yang baik pasti hasilnya akan baik pula. Kita hanya perlu lebih tekun.(*)