DaerahEkobisRagam

53 Tahun PT Vale Jaga Komitmen Tambang Berkelanjutan

51
×

53 Tahun PT Vale Jaga Komitmen Tambang Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini
CEO PT Vale Indonesia Tbk. Febriani Eddy saat melakukan penanaman pohon sebagai langkah penerapan operasional ramah lingkungan. (Dok PT Vale)

Palopo, Smartnews – Dunia pertambangan seringkali dikaitkan dengan hal yang sifatnya negatif. Hal itu tidak lepas dari banyaknya praktek pertambangan yang ujungnya hanya menyisakan kerusakan alam, konflik lahan dengan masyarakat sekitar, hingga tidak sedikit yang membuat lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya tidak lagi bisa hidup.

Meski begitu, sejumlah perusahaan melakukan berbagai upaya pencegahan dengan cara-cara yang kreatif, sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang membuat kerusakan jangka panjang. Salah satunya adalah PT Vale Tbk yang merupakan penghasil nikel terbesar di Indonesia.

Hal ini diungkapkan langsung oleh CEO PT Vale Tbk, Febriani Eddy, saat menjadi pembicara dalam forum Business Leadership dengan mengangkat tema “Supporting Ambitious Target Achievement on GHG Emision Reduction”.

Menurut Febriani, pihaknya mendukung Paviliun Indonesia dan berbagi upaya bersama menuju ekonomi hijau dari perspektif bisnis. “Perubahan iklim adalah nyata dan setiap dari kita dapat berkontribusi untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau. Bersama-sama,” ujar Febriani Eddy.

Febriani mengatakan, pihaknya ingin menegaskan kembali komitmen Vale untuk menjadi industri pertambangan, yang didorong oleh keberlanjutan dan bekerja untuk mencapai target ambisius Net Zero Emission pada tahun 2050.

Saat ini, PT Vale Indonesia sendiri, tercatat telah melaksanakan pengurangan emisi karbon karena hal ini menjadi bagian solusi untuk perubahan iklim. “Sejak beroperasi 53 tahun lalu, PT Vale Indonesia Tbk, sangat mendukung peningkatan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui praktik pertambangan yang berkelanjutan,” katanya.

Untuk itu, kata Febriani, PT Vale Indonesia telah mengawalinya dengan meningkatkan penggunaan EBT yakni, telah membangun dan mengoperasikan 3 Unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas sebesar 365 Megawatt (MW) dan berkontribusi terhadap 36% total energi yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi.

“Pengoperasian 3 PLTA tersebut mampu mengurangi emisi CO2 lebih dari 1 juta ton CO2eq setiap tahun,” jelas Febriany.
Tak hanya itu saja, pada operasional pabrik di Blok Sorowako telah diterapkan penggunaan teknologi electric boiler, dan pemanfaatan biodiesel B30. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai target Net Zero Emissions pada 2050.

“Perseroan membuat komitmen publik yang sangat ambisius untuk mengurangi emisi karbon terkait dengan kegiatan penambangan, pengolahan, dan pada akhirnya, penggunaan produk kami. Tujuan kami adalah mengurangi emisi sebesar 30% paling lambat pada 2030 dan menjadi net zero emissions pada 2050. Hal ini sejalan dengan Paris Agreement yang telah ditandatangani Vale pada 2019 silam,” katanya.

Demikian pula nantinya pada pembangunan pabrik baru di area Bahodopi, Sulteng yang akan menggunakan PLTG atau energi gas bumi. Pabrik tersebut akan menjadi pabrik nikel dengan emisi karbon per ton nikel terendah kedua setelah Sorowako yang menggunakan PLTA. Menyusul kemudian pada proyek Pomalaa, di Sultra juga akan menerapkan operasional rendah karbon emisi.

“PT Vale Indonesia sangat fokus pada sektor pertambangan dan processing nikel, meski demikian tentunya operasional yang ramah lingkungan menjadi perhatian utama,” ungkapnya.

Tak hanya pada penerapan operasional ramah lingkungan, dari sisi komitmen terhadap Paris Agreement PT Vale Indonesia Tbk terus melakukan reklamasi pasca tambang serta pembibitan.

Di atas lahan seluas 2,5 ha di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan menghasilkan sebanyak 700.000 bibit per tahun untuk merehabilitasi 100 hektar area pasca tambang. Data per September 2021 total lahan yang sudah direklamasi mencapai 3.301 hektar.

Perseoran juga melakukan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan program penanaman tanaman jenis kayu-kayuan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di luar wilayah Kontrak Karya PT Vale.

“Tujuannya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi DAS sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” jelasnya lagi.

Saat ini, kata Febriany, rehabilitasi DAS tidak hanya dilakukan di Kabupaten Luwu Timur sebagai tempat PT Vale berdiri, namun telah dilakukan di sedikitnya 13 kabupaten dan 51 desa dengan luas 10.000 hektar yang tersebar di Sulawesi Selatan.

Di Luwu Timur sendiri, terdiri dari 1.490 hektar, Luwu dan Luwu Utara seluas 1.996 hektar, Tana Toraja seluas 1.190 hektar, Toraja Utara, Enrekang dan Pinrang seluas 979 hektar, Bone seluas 1.735 hektar, Soppeng dan Gowa seluas 1.135 hektar, Barru, Maros, Gowa dan Takalar seluas 1.475 hektar.

“Sampai saat ini praktik rehabilitasi kami masih diakui diantara yang terbaik di Indonesia. Untuk itu diharapkan semoga semakin banyak perusahaan tambang yang bisa melakukan praktek pertambangan berkelanjutan seperti yang diterapkan di PT Vale Indonesia Tbk,” paparnya.

Salah satu upaya PT Vale mengembalian fungsi lahan pascatambang dengan melakukan penanaman pohon. Perusahaan ini mengeluarkan anggaran hingga USD30 ribu per hektare (ha) untuk biaya pembibitan yang intensif, dengan target kapasitas mencapai 700 ribu bibit per tahun.(Dok.PT Vale)

Sementara untuk pengembalian fungsi lahan pascatambang, Febriani juga menjelaskan, jika perusahaan bahkan mengeluarkan anggaran hingga USD30 ribu per hektare (ha). Dikarenakan, pihaknya harus melakukan proses pembibitan yang intensif, dengan target kapasitas mencapai 700 ribu bibit per tahun. “Selain itu, perusahaan juga akan menutup kembali lubang bekas tambang. Nah, pada proses ini, kita juga akan melakukan proses penyuburan tanah,” urai Febriani.

Tidak hanya sampai di situ, salah satu upaya dalam hal pengolahan limbah. PT Vale juga sudah menerapkan pengelolaan limbah yang ujungnya bernilai ekonomis. “Limbah padat atau slag, kita gunakan untuk membangun jalan tambang. Bahkan kita berpikir untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk kegiatan pembangunan,” urainya.

Sebagai bukti komitmen PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) menjaga proses tambang berkelanjutan, baru-baru ini, PT Vale Indonesia Tbk, diganjar dua sekaligus penghargaan tingkat Asia sebagai komitmen perseroan dalam keterbukaan informasi Sustainability Report atau pelaporan program keberlanjutan.

Dua penghargaan yang diperoleh, yakni penghargaan Gold (emas) dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2021 yang diprakarsai oleh National Center For Sustainability Reporting (NCSR), dan penghargaan Bronze (perunggu) Global Corporate Sustainability Awards (GCSA) 2021 yang diprakarsai oleh Taiwan Institute for Sustainable Energy (TAISE).

Untuk diketahui, PT Vale Indonesia secara global berkomitmen untuk menjadi net zero pada 2050. (Irwandi Djumadin)