DaerahKesehatan

Tertinggi Selama Empat Tahun Terakhir, Kasus DBD di Luwu Timur Capai 173 Kasus

163
×

Tertinggi Selama Empat Tahun Terakhir, Kasus DBD di Luwu Timur Capai 173 Kasus

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus. Tidak ada vaksin yang dapat melindungi seseorang dari demam berdarah dengue.

Maka menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti merupakan cara paling efektif untuk mencegah DBD. Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, beberapa cara pencegahan DBD dapat dilakukan sebagai berikut:

Menguras, harus rutin membersihkan atau menguras berbagai tempat yang menjadi penampungan air. Tujuannya agar dapat membersihkan sekaligus membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding wadah air tersebut.

Ketika musim hujan sedang berlangsung, kegiatan ini perlu dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk. Sebab, nyamuk penyebab DBD dapat bertahan di tempat kering selama enam bulan lamanya.

Selain itu, menutup wadah atau tempat yang berfungsi atau berpotensi menampung air juga perlu ditutup. Sebab, beberapa benda rongsok yang kotor berpotensi menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.

Memanfaatkan kembali limbah, selain menguras dan menutup, perlu juga memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang dapat didaur ulang. (*)

Puskesmas dengan jumlah kasus positif:

1. Burau= 1 kasus
2. Wotu= 4 kasus
3. Bonepute= 1 kasus
4.Mangkutana= 0 kasus
5. wawondula= 89 kasus
6. Bantilang = 2 kasus
7. Nuha= 25 kasus
8. Kalaena= 2 kasus
9. Malili= 11 kasus
10. Lampia= 1 kasus
11. Tomoni= 1 kasus
12. Tomoni Timur= 3 kasus
13. Parumpanai = 0 kasus
14. Lakawali= 2 kasus
15. Mahalona= 1 kasus
16. Wasuponda= 25 kasus
17. Angkona= 5 kasus.